Lulusan Terbaik Teknik Kimia Olah Biji Kemiri jadi Minyak untuk Memasak
Tia Ardya Wahyu Cahyani, lulusan terbaik Teknik Kimia S-1, Fakultas Teknologi Industri (FTI), ITN Malang pada Wisuda ke-72 Periode II Tahun 2024.
Malang, ITN.AC.ID – Biji kemiri (Aleurites Moluccanus) saat ini pemanfaatannya masih sebatas pada bumbu masak, obat tradisional, kesehatan, dan kecantikan. Sedikit kalangan yang memanfaatkan kemiri menjadi minyak kemiri (candlenut oil) sebagai minyak untuk memasak. Padahal minyak kemiri dapat menggantikan minyak kelapa sawit atau minyak kelapa. Minyak kemiri mengandung berbagai nutrisi seperti asam lemak omega-3, dan berbagai jenis vitamin A, C, D, E, F, dan lainnya.
Minyak dalam biji kemiri memiliki kandungan yang cukup tinggi, berkisar antara 55 hingga 66 persen dari berat bijinya. Komponen utama yang membentuk minyak kemiri adalah asam lemak tak jenuh, dan ada kandungan asam lemak jenuh dengan persentase yang relatif kecil.
Di Indonesia biji kemiri mudah didapatkan. Pertumbuhannya tersebar hampir di seluruh Nusantara. Biji kemiri diolah menjadi minyak kemiri inilah yang diteliti oleh Tia Ardya Wahyu Cahyani, lulusan terbaik Teknik Kimia S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Tia berhasil meraih IPK 3,86, dan ikut diwisuda pada wisuda ke-72 periode II tahun 2024.
“Masyarakat masih kurang sadar akan fungsi dan manfaat konsumsi minyak yang sehat. Masyarakat lebih suka membeli minyak curah. Maka, kami membuat inovasi minyak masakan dari biji kemiri,” kata dara asal Kab. Malang, Jawa Timur ini.
Tia melakukan penelitian di Laboratorium Teknik Kimia, dan Laboratorium Teknik Mesin ITN Malang. Biji kemiri diperoleh dari pedagang kemiri di pasar. Untuk membuat minyak kemiri pertama-tama biji kemiri disangrai, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pres. Minyak kemiri akan langsung ke luar dari alat pressnya. Untuk mendapatkan minyak kemiri dengan jumlah banyak dapat dilakukan dengan metode roasting dan full pressing.
Di sini Tia meneliti dengan perlakukan metode roasting dan full pressing menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua macam faktor. Yakni, variasi suhu/temperatur proses roasting biji kemiri, dan lamanya waktu roasting.
Baca juga: Di Tangan Mahasiswa Teknik Kimia, Minyak Kemiri jadi Bahan Bakar Alternatif
Dengan perlakuan tersebut akan diketahui perlakuan mana yang akan menghasilkan minyak kemiri dengan kualitas yang sesuai dengan SNI. Sesuai SNI kualitas minyak kemiri yang baik dapat diukur dengan beberapa parameter, yakni kadar air <0,15% dan warna yang normal (kuning bening).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik terdapat pada suhu 135°C dan pada waktu 35 Menit. Kualitas minyak kemiri yang dihasilkan pada perlakuan tersebut memiliki persentase kadar air yang sangat rendah dan warna serta aroma yang pekat dan berciri khas. Nilai-nilai yang dihasilkan dari uji kualitas minyak kemiri pada suhu 135°C dengan waktu 35 Menit memenuhi standar baku yang telah ditetapkan oleh SNI.
Biji kemiri bahan penelitian Tia Ardya Wahyu Cahyani mahasiswa Teknik Kimia ITN Malang.
“Dari seperempat biji kemiri dapat menghasilkan sekitar 100 ml minyak kemiri. Minyak ini juga diuji kadar air, kekentalan, massa jenis, dan organoleptiknya. Semakin pendek waktu roasting bau kemirinya masih terasa, warnanya bening dan cair, sehingga belum memenuhi standar SNI,” katanya. Dalam penelitian ini Tia dibimbing oleh Dra. Siswi Astuti, M. Pd.
Hal ini dikarenakan kurang optimalnya proses pemasakan biji kemiri pada beberapa variabel suhu dan waktu yang digunakan. Serta kurang optimalnya proses pemerasan yang dilakukan dengan menggunakan pengepresan mekanik tersebut. Proses yang kurang optimal menyebabkan tingginya kadar air yang terkandung serta terjadinya perubahan warna pada minyak kemiri yang diperoleh.
Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan dilakukannya proses size reduction sebelum dilakukannya pemasakan biji kemiri. Sehingga pada saat dilakukannya pengepresan dengan menggunakan alat pres mekanik minyak diperoleh secara maksimal sesuai dengan ketetapan SNI.
Sementara untuk skripsi Tia dibimbing oleh Ir. Harimbi Setyawati, MT., dengan judul Pra Rencana Pabrik Asetilen dari Kalsium Karbida dan Air dengan Proses Hidrasi Kering Kapasitas Produksi 50.000 Ton/Tahun. Ia membuat perancangan pabrik asetilen di Kawasan Jawa Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Kabupaten Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas 50.000 ton/tahun dan mulai beroperasi pada tahun 2027.
Baca juga: ITN Malang dan PT DOK Pantai Lamongan Kerja Sama Majukan Dunia Kemaritiman Indonesia
Asetilen banyak digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bahan kimia lainnya, seperti etilena, asetaldehida, asam asetat, aseton, dan vinil klorida. Selain itu, asetilen juga bisa digunakan sebagai pelapis permukaan cat dan sebagai bahan bakar untuk pengelasan dan pemotongan logam.
Mulai semester 3 hingga lulus Tia aktif sebagai asisten Lab. Mikrobiologi di Teknik Kimia ITN Malang. Putri dari Ibu Sri Nuraini ini juga pernah mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka Angkatan 1 tahun 2021, ke Universitas Udayana. Timnya juga pernah lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) ITN Malang tahun 2023.
“MBKM pertukaran mahasiswa merdeka angkatan 1 bertepatan dengan pandemi. Jadi diselenggarakan secara online,” kata alumnus SMAN 1 Singosari ini. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)