“Panji Laras Adu Jago” Meriahkan Dies Natalis sekaligus Tutup PMM 3 ITN Malang
Usai pentas, mahasiswa PMM 3 ITN Malang foto bersama dengan rektor dan para pejabat di lingkungan ITN Malang. (Foto: Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – “Panji Laras Adu Jago” turut memeriahkan Dies Natalis ke-55 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Tari Topeng Malangan ini dibawakan oleh mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 3 tahun 2023. Berkonsep festival budaya mahasiswa inbound ITN Malang berkolaborasi dengan Sanggar Wayang Topeng Jabung Mantra Loka.
Festival budaya membawa kesan tersendiri bagi mahasiswa inbound ITN Malang. Pasalnya setelah empat bulan lamanya mereka belajar di ITN Malang akhirnya harus berpisah untuk kembali ke daerahnya masing-masing. “Bertukar Sementara Bermakna Selamanya” menjadi tagline yang berkesan, dimana mereka hanya menjalani kuliah satu semester atau “bertukar sementara”, namun pengalaman yang didapat akan “bermakna selamanya”.
Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST, MT, Ph.D, dalam sambutannya secara langsung turut melepas mahasiswa PMM 3 ITN Malang. Rektor berharap pengalaman belajar di ITN Malang semakin mempererat persaudaraan antar mahasiswa ITN Malang dengan seluruh mahasiswa Indonesia.
Sementara Hadi Surya Wibawanto, ST., MT., dosen pengampu Modul Nusantara PMM 3 ITN Malang menyatakan, keikutsertaan mahasiswa dalam program PMM mengajarkan kepada mereka untuk berkorban dalam arti meninggalkan keluarga, teman di kampus asal, meninggalkan zona nyaman untuk berbaur dengan mahasiswa lain se-Indonesia di ITN Malang.
“Di Modul Nusantara mereka diajarkan tentang toleransi umat beragama, toleransi kebudayaan, dan yang paling penting belajar adat istiadat di lingkungan baru. Meskipun PMM 3 telah usai semoga mereka tetap semangat belajar, berprestasi, dan tidak melupakan teman-teman yang sama-sama mengikuti kegiatan ini (PMM 3),” ujar Hadi saat ditemui di tempat terpisah. Hadi berharap kedepannya ITN Malang terus bisa mengakomodir kegiatan PMM termasuk Modul Nusantara dengan kemasan lebih kreatif.
Baca juga : Mahasiswa Inbound PMM 3 ITN Malang Antusias Melukis Topeng Malangan
Diiringi musik gamelan sebanyak 28 mahasiswa inbound ITN Malang membawakan Tari Topeng Malangan “Panji Laras Adu Jago”. Berkisah tentang perjalanan Panji Laras dan Panji Gurowongso yang sama-sama anaknya Panji Asmoro Bangun. Panji Laras merupakan anak dari Dewi Sekartaji yang kala itu dibuang ke hutan oleh buto (raksasa). Sementara Panji Gurowongso terlahir dari Wedal Werdi seorang raksasa yang merubah dirinya menjadi Dewi Sekar Taji istri Panji Asmoro Bangun.
Penutupan PMM 3 ITN Malang, mahasiswa inbound menari Topeng Malangan. (Foto: Humas ITN Malang)
Kisah ini diceritakan oleh Deva Akbar, pelatih dari Sanggar Wayang Topeng Jabung Mantra Loka. Alkisah, saat Dewi Sekartaji dibuang ke hutan, Panji Laras kecil (anaknya) diberi sebuah telur ayam oleh seekor burung. Dimana telur tersebut diminta untuk dierami. Setelah menetas telur tersebut jadilah ayam jago yang diberi nama Cinde Laras. Kisah ini berkaitan dengan Panji Gurowongso yang suka adu jago. Gurowongso Putra Jenggala memiliki watak seperti ibunya, licik, sombong, jahat, dan berkuasa. Ia sering sesumbar bahwa “Jagonya orang Jenggala belum pernah ada yang mengalahkan”.
Akhirnya datanglah Panji Laras dengan jagonya yang bernama Cinde Laras, yang akhirnya berhasil mengalahkan jagonya Gurowongso. Karena tidak bisa menerima kekalahan, maka Gurowongso menantang Panji Laras berduel, namun putra buto ini pun kalah juga. Peristiwa ini diketahui oleh Panji Asmoro Bangun, dan menyatakan bahwa Panji Gurowongso adalah anaknya.
“Untungnya ada semar yang memberikan tantangan, barang siapa bisa masuk ke dalam kendi maka dia lah anak Panji Asmoro Bangun yang asli. Nah, Panji Laras sebagai manusia bingung, menurutnya mana ada manusia bisa masuk ke dalam kendi. Beda halnya dengan Panji Gurowongso karena bisa, maka masuklah dia ke dalam kendi,” cerita Deva.
Kemudian Semar memberi pengertian kepada Panji Asmoro Bangun, bahwa tidak ada manusia yang bisa masuk ke dalam kendi, yang bisa masuk adalah anak jin, dan setan. Sebagai buktinya, maka kendi kemudian dipecah dan keluarlah nogo (naga). Lalu dalam kepercayaan jawa ada Naga Tahun yang tiap enam bulan sekali berpindah tempat.
Baca juga : Kontribusi Sosial, PMM 3 ITN Malang Ajak RA KH Hasyim Asyari Menggambar Topeng Malangan
“Intinya jadi manusia jangan sombong dulu. Diatas langit masih ada langit. Ketika kamu sombong pasti ada yang bisa mengalahkan,” lanjut Deva.
Mahasiswa inbound hanya membutuhkan waktu empat sampai enam kali pertemuan untuk belajar Tari Topeng Malangan. Harapannya mahasiswa mengenal lebih dalam terhadap budaya khas Topeng Malangan yang ada di Malang yang tidak dimiliki oleh daerah lain. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)