Sekretaris LLDIKTI Wilayah VII Jatim Sarankan Perguruan Tinggi Buka Kuliah Daring
Dr. Widyo Winarso, M.Pd, LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur, Saat Memberikan Materi di Hadapan Mahasiswa Baru ITN Malang, Senin (09/9/19). (Foto: Yanuar/humas)
Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jawa Timur menyarankan perguruan tinggi membuka kuliah daring atau online. Pasalnya adanya kuliah daring menjadi sebuah pilihan atau alternatif untuk melengkapi pembelajaran konvensional yang selama ini sudah ada. Untuk daring sendiri bisa diterapkan minimal dua level, di program studi (prodi) dan institusi.
“Dalam satu prodi kalau sudah 50 persen mata kuliah didaringkan, maka harus mengurus ijin. Semisal ada 50 mata kuliah dan yang sudah daring 26 mata kuliah, maka harus mengurus ijin prodi daring,” terang Sekretaris LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur, Dr. Widyo Winarso, M.Pd, Senin (09/9/19).
Intinya perguruan tinggi sangat dianjurkan membuka program daring. Bisa dari mata kuliah dulu yang didaringkan. Setelah berangsur-angsur siap, maka program studinya bisa didaringkan.
Ditemui usai memberi materi ‘Pengantar Sistem Pendidikan Tinggi’ pada mahasiswa baru Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Widyo mengatakan sebagai tahap awal, mata kuliah daring sudah cukup. Sehingga mahasiswa memiliki banyak pilihan untuk bisa menyelesaikan SKS-nya.
“Kalau (daring) mata kuliah, perguruan tinggi bisa sharing dan kerjasama antar perguruan tinggi (program kerjasama daring). Mata kuliah tertentu bisa diambil oleh mahasiswa sini (ITN) misalnya. Sehingga perguruan tinggi dari sisi pengaturan dosen dan ruangan lebih fleksibel,” tambah Widyo.
Program daring disediakan di SPADA (Sistem Pembelajaran Daring Indonesia) Kemenristekdikti. Namun, bagi perguruan tinggi sendiri program daring perlu persiapan matang. Selain memerlukan lebih banyak teknologi informasi, peran sumber daya manusia (SDM) perlu ditingkatkan. SDM dibutuhkan untuk merancang dan menyiapkan dari pembelajaran yang semula konvensional ke daring.
“Lebih banyak kebutuhan SDM serta sarana dan prasaranan, seperti kemampuan menyewa bandwidth. Makanya banyak yang bertahan dulu (jumlah mata kuliah daring) sambil menyiapkan diri,” katanya.
Menurut Widyo, kemenristekdikti tidak menargetkan kapan perguruan tinggi untuk daring. Semua diserahkan kepada kesiapan dari perguruan tinggi masing-masing.
Sementara itu Rektor ITN Malang menargetkan tahun 2020 ITN Malang siap daring. Persiapan sudah dilakukan dari segi mata kuliah, tim dosen, infrastruktur, serta melakukan MoU dengan Kemenristekdikti untuk SPADA-nya.
“Masing-masing prodi akan ada satu mata kuliah daring yang bisa diakses oleh mahasiswa jurusan lain. Nanti akan dimulai dulu dari Teknik Elektro S-1, karena mayoritas dosen dan sarananya sudah siap,” ungkap rektor.
Dengan adanya mata kuliah daring maka menuntut dosen untuk membuat materi perkuliahan yang menarik dan mudah dipahami. (mer/humas)