Punya Publikasi 400 lebih, Inilah Profil Aryuanto Soetedjo Profesor ITN Malang ke 10
Prof. Dr. Eng. Aryuanto Soetedjo ST, MT, Profesor Fakultas Teknologi Industri (FTI), ITN Malang, Bidang Teknik Elektro. (Foto: Yanuar/humas).
Malang, ITN AC.ID – Prof. Dr. Eng. Aryuanto Soetedjo ST, MT, menjadi profesor Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ke 10. Prof Aryu akrab disapa menambah jajaran guru besar Fakultas Teknologi Industri (FTI), Bidang Teknik Elektro. Dengan begitu ia menjadi guru besar Teknik Elektro S-1 ITN Malang ke 3.
Surat Keputusan (SK) Profesor dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI diterima Prof Aryu pada Oktober 2022 lalu. Proses pengajuan guru besarnya tergolong mulus. Menurutnya, awal 2022 pengajuan profesor sudah masuk ke LLDikti, dan diajukan ke pusat pada Juli 2022.
“Sistem dipusat cukup bagus dan cepat. Sebenarnya saya mengajukan ke ITN sekitar Agustus 2021. Setelah diproses di ITN baru awal 2022 diajukan ke Dikti (LLDikti), dilanjut ke pusat. Dan Alhamdulillah Oktober kemarin keluar SK,” tutur Prof Aryu saat ditemui di Ruang Humas ITN Malang pekan kemarin.
Prof Aryu mengungkapkan, ia sangat terbantu dengan buku panduan guru besar, sehingga mengajukan profesor relatif cukup lancar. Dengan panduan tersebut membantunya memenuhi persyaratan Kemdikbud RI. Meskipun ia sempat salah persepsi, seperti ketika memahami persentase publikasi.
“Waktu saya baca tidak masuk persyaratannya. Ternyata saya salah persepsi. Untungnya sempat diskusi dengan WR 3 Pak Fourry. Beliau membaca aturan tersebut, dan ternyata saya masuk (persyaratan). Saya berterima kasih pada Pak Fourry telah diingatkan,” imbuhnya.
Profesor kelahiran Sragen, Jawa Tengah 1971 ini memang luar biasa. Ia kuat dalam hal publikasi. Tercatat sejak meniti karir di ITN Malang 14 tahun Prof Aryu sudah mengeluarkan kurang lebih 400 publikasi penelitian. Dan, yang dinilai oleh LLDikti sekitar 300 penelitian.
Baca juga : ITN Malang Gelar Konferensi Internasional di Bali Diikuti Sembilan Negara Lintas Benua
“Saya tidak menghitung secara detail. Ada yang tidak masuk penilaian Dikti (LLDikti). Karena dalam 10 tahun sebelumnya tidak saya hitung. Baru 2021 lalu (menghitung),” ungkapnya.
Mencapai pencapaian tertinggi akademik menjadi pembuktian bagi Prof Aryu. Bahwasannya, dimanapun mengabdi sebagai dosen, kalau tekun dan konsisten pasti akan mencapai apa yang diharapkan. Tidak harus di luar negeri, di kota besar, atau di perguruan ternama. Nyatanya, pilihannya meninggalkan Malaysia dan kembali ke Indonesia membawanya menjadi profesor.
Awal karir Prof Aryu dimulai dengan menempuh pendidikan sarjana di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun ‘89. Setelah tamat S-1 ia sempat bekerja di industri elektronika sebagai engineer selama 8 tahun. Kemudian tahun 1999 ia melanjutkan S-2 di perguruan tinggi yang sama dengan status masih bekerja. Setelah lulus S-1 tidak menunggu lama di 2003 ia mendapat beasiswa dari pemerintah Jepang, dan melanjutkan S-3 di Nagaoka University of Technology Japan, bidang Information Science and Control Engineering.
“Nah, setelah selesai S-3 baru saya beralih ke dunia akademik, dengan melamar di Multimedia University (MMU) Malaysia. Pertimbangannya sederhana, karena sebelum lulus saya mencari pekerjaan lewat online dan dipertemukan dengan MMU,” katanya.
Namun, dalam perjalanan dua tahun bekerja di Malaysia rasa nasionalisme Prof Aryu terusik. Anaknya yang baru sekolah taman kanak-kanak harus menyanyikan lagu kebangsaan negara lain. Sehingga sebelum kontrak 2 tahun berakhir ia berusaha melamar ke perguruan tinggi di Indonesia. Pilihannya di Bandung atau Malang. Ia pun menemukan email Rektor ITN Malang Prof Dr Eng Ir Abraham Lomi, MSEE. Gayung pun bersambut, akhirnya tahun 2008 Prof Aryu resmi menjadi dosen di ITN Malang.
Dengan gelar doktornya, karir Prof Aryu meloncat ke lektor dengan angka kredit 300. Sementara persyaratan guru besar angka kredit 850. Maka, ia membutuhkan 550 angka kredit untuk menuju guru besar, yang ia peroleh dari pendidikan, penelitian, dan abdimas.
“Nah, biasanya penelitian dan publikasi ini menjadi momok. Tahun 2010 saat serdos saya mengisi portofolio menuliskan target dan komitmen kedepan, bahwa setiap tahun akan publikasi jurnal internasional. Apa yang saya tulis menjadi tanggung jawab saya. Alhamdulillah saya berkomitmen disitu, sehingga tiap tahu bisa publikasi jurnal,” ceritanya.
Menurut pengalaman Prof Aryu, sebagai dosen harus membaca dan mencermati semua pedoman atau panduan ketika menyiapkan publikasi. Tertib mengadministrasikan berkas-berkas mulai surat SK mengajar hingga penelitian. Beruntungnya saat pandemi dosen ITN Malang sempat WFH (work from home). Sehingga ia dapat merapikan dan mengarsip berkas-berkas jurnal yang tersimpan di email.
Baca juga : ITN Malang Kembangkan Pusat Riset dan Inovasi Teknologi
Dikatakan Prof Aryu, kuncinya dalam mengajukan profesor adalah membaca panduan dengan seksama, dan mengikuti persyaratannya. Kalau ingin lebih terarah bisa dibuatkan target dan di-breakdown.
“Kalau saya memang setiap tahun targetnya ada publikasi internasional. Mengalir saja. Masalah publikasi yang menjadi catatan penting adalah kesesuaian bidang ilmu. Ini sekarang sedang menjadi isu. Kalau dulu kualitas jurnal, sekarang kesesuaian ilmu antara artikel, jurnal, dan bidang kita. Alhamdulillah saya konsisten di satu bidang,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)