Pentingnya Membangun Competitive Advantage Berbasis Soft Skills
Alumni Mengajar. Iwan Nazarudin, ST., alumnus Teknik Mesin ITN Malang saat memberikan materi pada kuliah tamu Pusat Karir ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Ice breaking dan menggali potensi soft skill lewat menggambar menjadi pembuka Kuliah Tamu Technopreneurship Pusat Karir Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Diikuti 170 mahasiswa dari berbagai program studi kuliah tamu mengangkat tema “Membangun Competitive Advantage Berbasis Soft Skills”, di Aula Kampus 1 ITN Malang, Sabtu (08/06/2024).
Dikemas dalam skema “Alumni Mengajar”, Pusat Karir ITN Malang bekerja sama dengan IKA ITN Malang. Menghadirkan Iwan Nazarudin, ST., alumnus Teknik Mesin ITN Malang angkatan 1991. Iwan merupakan CEO Indogetjob.com, PT Indogetjob International Solution sekaligus kolaborator Vokasakti.id by PT Telkom Indonesia, Tbk. Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Rektor 3 ITN Malang, Dr. Hardianto, ST., MT., dan Kepala Pusat Karir ITN Malang, Dr. Lila Ayu Ratna Winanda, ST., MT.
Menurut Iwan Nazarudin, ST., ujung dari pendidikan adalah dunia kerja, dan kebutuhan terbesar dunia kerja adalah soft skill SDM. Dalam kompetisi SDM yang perlu diperhatikan adalah kemampuan leadership, kemampuan komunikasi, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik, kreativitas, kemampuan presentasi, percaya diri, kecerdasan emosional, komitmen kemampuan adaptasi, dan lain sebagainya.
“Karena, ketika membangun keunggulan kompetisi dengan akademisi kompetitornya banyak. Misalnya lulusan teknik mesin dengan IPK 3,5 lebih itu jumlahnya banyak. Tapi bagaimana mencari celah diferensial terkait strategi memenangkan kompetisi. Sehingga soft skill menjadi kunci,” seru Iwan.
Baca juga : Alumni ITN Malang Beri Motivasi Lulusan Studi Lanjut dan Kerja di Perusahaan
Ia mengambil contoh, IPK 3,5 dari 10 pelamar yang memiliki soft skill mungkin hanya 1-2 orang, maka 2 orang ini memiliki kekuatan untuk memenangkan kompetisi. Karena dunia industri itu yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan soft skill. Apalagi untuk menjadi entrepreneur dan technopreneur. Membangun technopreneur secara jangka panjang membutuhkan motivasi yang tinggi. Membutuhkan survival leadership.
“Maka hard skill dan soft skill harus seimbang. Kalau bisa lebih ditinggikan di soft skill. Soft skill memang kemampuan yang tidak bisa dilihat tapi mengunci untuk mahasiswa bisa sukses,” imbuhnya.
Mengawali materi kuliah tamu dengan ice breaking, Iwan Nazarudin, ST., menjadi pusat perhatian. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Menurut Iwan, untuk mempersiapkan mahasiswa masuk dunia kerja bisa dimulai pada semester 5 dengan memberi wawasan agar terbangun metode belajar. Ketika wawasan sudah terpenuhi, masing-masing mahasiswa merefleksi untuk melatih soft skill. Sambil berjalan dilatih day to day di kehidupan sehari-hari baik di kampus maupun luar kampus agar menjadi habit.
Dari pengalaman Iwan, PT Telkom pernah membutuhkan 30 karyawan baru. Dari 500 pelamar yang masuk hanya ada 23-24 orang yang memenuhi kriteria. Padahal kebutuhannya 30 orang. Pada dunia industri basic-nya saat orang ditempatkan pada posisi yang tepat produktivitasnya akan naik. Sebaliknya, ketika passion-nya tidak tepat, maka paling tidak 2 tahun dia akan ngedrop. Sehingga perusahaan akan mencari SDM baru.
“Effort, cost time jalan terus, maka tidak efisien (mencari SDM baru), sehingga benar-benar dipertimbangkan. Lebih baik tidak mengambil (SDM yang tidak sesuai) dari pada nanti sudah diberikan materi, pengajaran, dan lain-lain, berjalan dua tahun ngedrop. Harus cari SDM lagi. Harus mengulang lagi. Itu yang menjadi satu pertimbangan dunia industri sulit mencari SDM yang tepat,” ungkapnya.
Baca juga : Pusat Karir ITN Malang dan PT Mayora Indah Tbk Buka Campus Hiring untuk Lima Bidang Pekerjaan
Dikatakan Aremania ini, banyak HRD menyampaikan mahasiswa Generasi Z atau Gen Z rawan dengan pola-pola lemah di mental. Padahal kemampuan intelektual mereka bagus. Maka, saat harus masuk dunia kerja keduanya harus imbang, mental dan intelektual.
“Mulai semester 3 keatas jangan suka rebahan, dan nongkrong berkepanjangan. Masa-masa itu bisa memulai membangun bisnis kecil-kecilan untuk melatih diri, berkomunikasi, adaptasi. Ketika menemukan soft skill yang tepat, karakteristik yang tepat sesuai bidang kerja itu bagus,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)