Prof Suprapto: Pembelajaran Daring Jangan jadi Loss of Learning
Prof Dr Ir Suprapto DEA Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur saat memberikan sambutan di pelantikan Rektor ITN Malang Periode 2021-2023, di Auditorium Kampus 1 ITN Malang, Rabu (03/03/2021). Foto: Yanuar/humas)
Malang, ITN.AC.ID – Kemajuan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang sedemikian pesat diapresiasi oleh Prof Dr Ir Suprapto DEA, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jawa Timur. Ini sekaligus menjadi tugas dan tantangan yang berat bagi Rektor ITN Malang Prof Dr Eng Ir Abraham Lomi MSEE yang baru saja dilantik. Hal ini disampaikan oleh Prof Suprapto saat memberikan sambutan di pelantikan Rektor ITN Malang Periode 2021-2023, di Auditorium Kampus 1 ITN Malang, Rabu (03/03/2021).
Menurut Prof Suprapto, ITN Malang sekarang menduduki rangking 66 dari 3.600 perguruan tinggi di Indonesia. Sedangkan di Jawa Timur ada sekitar 318 perguruan tinggi swasta, dan ITN Malang menempati rangking di 20 besar. Sementara untuk kategori institut ITN Malang selalu nomor wahid (no satu).
Baca juga: Prof Abraham Lomi Kembali Dipercaya Pimpin ITN Malang
“Kemajuan ITN semakin pesat, tentu tugas yang berat bagi rektor baru. Apalagi di tengah kondisi Covid-19 seperti sekarang ini yang memberikan warna tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Ke depan adalah masa yang cerah, semoga dengan rektor baru, ITN Malang semakin baik. Selamat kepada civitas akademika ITN, mari kita bergerak lebih cepat lagi,” kata Prof Suprapto.
Dihadapkan pada kondisi pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi kampus khususnya dosen dan mahasiswa. Maka, perguruan tinggi harus mengantisipasi supaya akibat pandemi tidak berdampak kepada kompetensi mahasiswa. Tapi sebaliknya, dengan pandemi dosen dan mahasiswa menjadi lebih kreatif. Dosen yang sebelumnya tidak bisa mengajar dengan IT, sekarang dituntut untuk bisa IT.
Baca juga: Koordinator LLDIKTI Wilayah VII Jatim: ITN Malang Perguruan Tinggi yang Top Markotop
“Dari sisi pendidikan dengan adanya Covid-19 ini jangan sampai terjadi loss of learning (kehilangan pembelajaran). Bisa jadi dosen-dosen malas karena tidak menguasai IT. Ketika para dosen mengajar dengan teknologi tinggi dengan sistem IT yang baik, maka loss of learning tidak akan terjadi. Kalau sampai loss of learning terjadi, maka stunting of learning akan terjadi dan dampaknya akan stunting knowledge (pengerdilan ilmu pengetahuan) juga akan terjadi. Jangan sampai ada devisit pembelajaran sunting of learning. Mahasiswa lulus dalam perkuliahan, tapi kerdil dalam pengetahuannya. Saya yakin ITN bisa melawan keduanya,” bebernya.
Menyikapi masih tingginya angka positif Covid-19, Prof Suprapto menekankan di semester genap awal tahun ini pembelajaran masih dilakukan dengan sistem daring. Belum diperbolehkan pembelajaran tatap muka, namun semua bergantung kondisi wilayah masing-masing. Pembelajaran daring masih menjadi alternatif dengan memanfaatkan teknologi cangih, yang menyenangkan dan menarik bagi mahasiswa. Begitupun pemaparan kuliah secara daring harus lebih bagus dari metode pemaparan tatap muka.
“Uji coba tatap muka dilihat kondisi masing-masing wilayah dan peraturan pemerintah daerah. Tidak boleh memaksa ingin melaksanakan, padahal pemerintah masih melarang. Namun, kalau nanti diperbolehkan tetap dengan catatatan dan harus diatur sedemikian rupa. Misalnya dengan pembatasan jumlah mahasiswa 50 persen (dalam ruangan),” tegasnya. (me/Humas ITN Malang)