LiDAR for Mapping: Teknologi Lidar untuk Pemetaan Akurat
Peserta workshop LiDAR for Mapping “Teknologi Lidar untuk Pemetaan Akurat” saat belajar mengoperasikan drone LiDAR di Kampus 2 ITN Malang.
Malang, ITN.AC.ID – Drone LiDAR terlihat berputar-putar diatas Kampus 2 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). LiDAR dari Terra Drone ini sedang mengambil data di area Kampus 2 ITN Malang Rabu (25/09/2024). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan workshop kerja sama Ikatan Surveyor Indonesia (ISI), ITN Malang, dan Terra Drone Indonesia. LiDAR sebagai pemanfaatan drone untuk pemetaan yang akurat ini diikuti 23 peserta dari berbagai instansi.
“LiDAR merupakan sebuah alat survey yang digunakan untuk menentukan pemodelan bentuk rupa bumi, kegiatan survei, atau output-output lainnya,” kata Husnil Hakim, Testing Manager Terra Drone Indonesia.
LiDAR, singkatan dari Light Detection and Ranging, adalah sistem penginderaan jarak jauh aktif yang memanfaatkan sinar laser untuk mengumpulkan informasi tentang karakteristik topografi permukaan bumi. Beroperasi dengan prinsip mengukur jarak berdasarkan waktu tempuh sinar laser yang dipantulkan. LiDAR menyediakan data presisi tinggi, mengenal posisi horizontal dan vertikal objek di permukaan bumi.
Dijelaskan, LiDAR digunakan secara efektif dalam pemetaan geografis, pemantauan lingkungan, pemodelan 3D, dan berbagai aplikasi. LiDAR memfasilitasi berbagai tugas seperti survei tanah, pemetaan hutan, serta pengembangan dan perencanaan infrastruktur.
“Drone biasa hanya memiliki sensor kamera RGB yang menampilkan visual warna, gambar. Kalau LiDAR menggunakan data laser yang menentukan titik dari sebuah objek tersebut,” jelasnya. Dimana kebutuhan LiDAR lebih untuk menghasilkan pemetaan lebih akurat, untuk data elevasi sebuah rupa bumi.
Lebih lanjut pemanfaatan laser prinsipnya memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik, termasuk dalam bentuk cahaya. Dapat menembus celah-celah dari area pepohonan untuk mendapatkan detail dari rupa bumi atau tanah. Data yang didapat berupa point cloud, sekumpulan titik yang memiliki informasi koordinat.
Baca juga:Mirip Ikan Hiu Mendeteksi Mangsa, Inilah “Drone Amphibi Shark” Pendeteksi Illegal Fishing
Dikatakan Husnil, sebelum melakukan penerbangan LiDAR persiapan yang harus dilakukan adalah persiapan izin area terbang dan lainnya. Melakukan kegiatan pengambilan data akuisisi LiDAR di area yang ditentukan sesuai misi yang dibuat. Data LiDAR dapat dilakukan data prosesing untuk mendapatkan data point cloud data titik yang akan dilakukan analisis lanjutan.
Husnil Hakim, Testing Manager Terra Drone Indonesia saat menjelaskan pengoperasian LiDAR kepada peserta workshop di Kampus 2 ITN Malang.
“Dapat digunakan ke berbagai aplikasi, bisa estimasi karbon stok, kanopi pohon, besaran batang, dll. Output-nya untuk 3D modeling. Di Indonesia khususnya oleh negara digunakan untuk moving proyek pemetaan menggunakan LiDAR di daerah perkotaan dan urban. Bisa juga digunakan untuk membuat data topografi pertambangan, konstruksi cut and fill, dll,” bebernya.
Husnil mengatakan, pada umumnya penggunaan drone di Indonesia penerbangan maksimum 100-150 meter. Jenis drone lainnya bisa mencapai 400 meter dengan catatan sensor yang digunakan lebih tinggi teknologinya. Jangkauan terbang drone diatur harus terlihat oleh pilot selama penerbangan.
Setelah pengambilan data LiDAR peserta workshop kemudian diajak belajar mengolah data mentah (raw) menjadi data yang siap digunakan untuk analisis lanjutan. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pengolahan Citra & Multimedia (Gama), Teknik Informatika S-1, ITN Malang.
Pengolahan data LiDAR di Laboratorium Pengolahan Citra & Multimedia (Gama), Teknik Informatika S-1, ITN Malang.
Pada kesempatan tersebut Husnil menjelaskan, pilot drone harusnya memiliki sertifikasi drone sesuai yang berlaku di Indonesia. Dengan begitu pilot mahir dan aman dalam akuisisi data yang dilakukan, dan data yang diinginkan didapat dengan baik.
“Pilot juga paham zona-zona terlarang di Indonesia. Lokasi yang tidak boleh terbang, dan paham mitigasi bahayanya. Seperti landasan udara, istana negara, obyek vital nasional, obyek militer. Dalam klasifikasi ruang udara ada daerah sensitif terbatas, ada yang benar-benar tidak boleh terbang, dan bebas terbang selama dibawah 400 meter atau 120 meter,” bebernya.
Baca juga : Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa dan Surveyor, ITN Malang jadi Tuan Rumah Workshop LiDAR for Mapping
Salah satu peserta workshop adalah Biyyubahy Abdiellah Purwa Adji, mahasiswa Teknik Geodesi S-1 ITN Malang. Abdi mengikuti workshop untuk memperdalam ilmu pemetaan foto udara dengan metode LiDAR. Dia di kampus sudah mendapat mata kuliah fotogrametri dan pemetaan. Di workshop tersebut Abdi mendapat kesempatan mencoba alat mulai dari persiapan sampai mengoperasikan menerbangkan drone DJI Matrice 350.
“Ini termasuk drone yang mudah dipahami, namun sensornya yang berbeda, dan fiturnya lebih kompleks. Harus pintar-pintar mengoperasikan analog, dan harus fokus karena sensitif. Kalau untuk analisa memang memakai aplikasi khusus dari DJI yang membutuhkan konsentrasi tinggi,” jelas mahasiswa semester 5 ini. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)