Mahasiswa Teknik Mesin D3 ITN Malang Buka Warung Sedekah, Pelanggan Boleh Makan Sepuasnya
Pelanggan sedang menikmati makanan di Warung Sedekah Technopreneurship (WRST) Teknik Mesin D-3 ITN Malang. (Foto: Istimewa)
Malang, ITN.AC.ID – Mahasiswa Prodi Teknik Mesin D3, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) membuka warung sedekah. Namanya Warung Sedekah Technopreneurship (WRST). Warung sedekah ini menjadi WRST ketiga setelah dua kegiatan WRST sebelumnya sukses digelar. WRST diadakan di tempat-tempat strategis dan hanya buka selama sehari. Kali ketiga ini WRST digelar di area SPBU, Jalan Raya Tlogomas, Dinoyo, Kota Malang pada Sabtu (20/01/2024) lalu.
Di WRST teknik mesin D3 pengunjung dimanjakan bisa makan sepuasnya dengan hanya membayar 2000 rupiah. Ditengah jenis dan harga makanan yang beragam WRST tetap meminimalkan harga semata-mata untuk berbagi kepada sesama. Mengangkat tagline “Niat, Ikhlas, Sadar, Sabar, Syukur, Nikmat, Bersedekah”, WRST dibuka untuk semua golongan dengan tidak memandang jabatan, pekerjaan, agama, maupun daerah asal.
Menurut Dr. Aladin Eko Purkuncoro, ST., MT., Kaprodi Teknik Mesin D3 ITN Malang, Warung Sedekah Technopreneurship menjadi sarana mahasiswa semester 3 teknik mesin D3 dalam mempraktekkan mata kuliah technopreneurship secara langsung di lapangan. Mahasiswa yang turut ambil bagian sejumlah 25 orang.
“Untuk value added (penambahan nilai) mata kuliah di lapangan dengan menumbuh kembangkan jiwa wirausaha. Salah satunya lewat warung sedekah. Selain mahasiswa bisa membuat produk, mereka juga harus bisa menjualnya di masyarakat,” terang Aladin yang juga pengampu mata kuliah technopreneurship.
Uniknya, kali ini mahasiswa tidak membuat makanan sendiri, namun mereka membeli sayur dan lauk di warung sekitar Jalan Raya Tlogomas. Sementara untuk nasi baru mereka memasak sendiri. Tujuan membeli sayur dan lauk agar tidak mematikan warung makan di sekitar SPBU Dinoyo. Pasalnya WRST akan menjual makanan dengan harga 2000 rupiah. Pelanggan bisa mengambil nasi dan lauk sendiri sepuasnya, dan boleh menambah dengan syarat harus dimakan ditempat atau tidak dibawa pulang. Selama kegiatan WRST mahasiswa menghabiskan 20 liter beras (tiga kali masak).
Mahasiswa Teknik Mesin D3 ITN Malang sedang mempersiapkan pembukaan Warung Sedekah Technopreneurship, di SPBU Jalan Raya Tlogomas, Dinoyo, Kota Malang. (Foto: Istimewa)
“Harga 2000 ini untuk memberi kesempatan pelanggan untuk bersedekah, dan berbagi kepada orang lain. Alhamdulillah pelanggan sangat appreciate (menghargai). Pelanggan yang mampir ada mulai abang godek, ibu-ibu dan anak-anak, mahasiswa, para sopir, hingga bapak-bapak bermobil pribadi juga. Jadi memang tidak membeda-bedakan,” tuturnya.
Menurut Aladin, WRST karena memang berawal dari mata kuliah, maka dikonsep secara matang. Mahasiswa membuat kepanitiaan, mulai dari bendahara, bagian peralatan, bagian bahan, parkir, dan lain sebagainya. Setelah warung dibuka mahasiswa secara bergilir juga menjalankan fungsinya masing-masing. Mulai promosi agar pelanggan mampir ke warung, pelayanan kepada pelanggan, pelayanan parkir, hingga penataan sampah agar warung tetap bersih dan rapi.
Dari kegiatan inilah dosen pengampu mata kuliah akan menilai tiap mahasiswa. Menariknya semua mahasiswa kebagian memegang mix untuk melakukan promosi kepada pelanggan. Mereka secara langsung tidak hanya belajar berbicara, namun juga belajar promosi. Sehingga yang tadinya tidak bisa berbicara di depan umum akhirnya ikut berbicara melayani pelanggan.
“Sekaligus melatih bekerja secara teamwork, ini sangat penting. Kelak saat bekerja mahasiswa diharapkan bisa cepat beradaptasi. Selain akademik keterampilan non teknis juga penting. Seperti komunikasi, rasa tanggung jawab, rasa memiliki, dan kolaboratif,” serunya.
Baca juga : Mesin Pembelah Kelapa Sistem Hidrolik Solusi Aman, dan Mudah Membelah Kelapa Muda
Menurut Aladin, kegiatan WRST tanpa kolaborasi tidak akan terlaksana dengan baik. Seperti halnya saat masuk ke sebuah perusahaan/pekerjaan baru, bertemu dengan orang-orang baru, maka soft skill sangat diperlukan. “Harapannya mahasiswa kami nanti saat mereka bekerja bisa cepat menyesuaikan baik dengan tempatnya bekerja, maupun dengan pekerjaannya,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)