Mahasiswa Inbound PMM 3 ITN Malang Antusias Melukis Topeng Malangan
Febri Siswanto mahasiswa PMM 3 ITN Malang sedang melukis topeng disaksikan oleh Pak Sugeng, pemilik Galery Topeng Lyhonkart. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Sebanyak 28 mahasiswa inbound Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) tengah antusias dan asik melukis Topeng Malangan. Bertempat di Pendopo Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mahasiswa terbagi dalam empat kelompok. Masing-masing kelompok melukis karakter Topeng Malangan yang berbeda-beda, seperti Panji Asmoro Bangun, Dewi Sekartaji, Dewi Ragil Kuning, dan Klana Sewandana, Kamis (30/11/2023).
Salah satu mahasiswa PMM yang antusias adalah Febri Siswanto, mahasiswa Universitas Bengkulu. Febri melukis Topeng Malangan karakter Panji Asmoro Bangun. Tokoh protagonis ini diceritakan sebagai seorang pangeran yang gagah berani. Panji Asmoro Bangun wajahnya dihiasi warna hijau sebagai cerminan karakter yang baik hati.
“Menurut Pak Sugeng (pemilik Galeri Topeng Lyhonkart) arti kata panji adalah gelar. Maka topeng ini saya namakan Panji Siswanto sesuai nama saya,” katanya sambil asik memainkan kuas di atas wajah topeng.
Febri mengatakan, ia sangat terkesan mengikuti kegiatan mengenal Topeng Malangan yang merupakan seni tradisional yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Menurutnya Topeng Malangan menjadi salah satu warisan budaya dari Jawa Timur, Indonesia.
Baca juga : PMM Momen Pererat Persaudaraan, Rektor: Manfaatkan Sebaik-Baiknya
“Saya tertarik dalam mewarnai topeng ini, karena saya sendiri suka melukis dan mewarna. Mewarnai Topeng Malangan menjadi hal yang menarik karena ternyata tiap warnanya memiliki makna bagi karakter topeng,” lanjut mahasiswa angkatan 2021, Prodi Teknik Elektro, Universitas Bengkulu ini.
Menurut Febri, selain dari warna topeng yang memiliki nilai dan arti, ternyata Topeng Malangan juga memiliki kisah dan sejarah yang diangkat dari kisah kerajaan pada zaman dahulu. Dan tiap topeng tersebut memiliki nama masing-masing. “Dan kebanyakan dari topeng tersebut menceritakan tentang kisah asmara. Saya cukup tertarik dengan kisah cerita dari Topeng Malangan,” katanya.
Pak Sugeng, pemilik Galeri Topeng Lyhonkart (tengah) beserta Hadi Surya Wibawanto, ST., MT., dosen pengampu Modul Nusantara PMM 3 ITN Malang (paling kiri), dan penanggung jawab sanggar tari Topeng Malangan (kanan). (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
Dalam mewarnai topeng Febri tidak begitu kesulitan. Ia hanya butuh menyesuaikan warna dengan karakter yang diinginkan. Febri menekankan saat mewarna harus sabar supaya hasil topeng menjadi rapi.
Salah satu pengrajin Topeng Malangan adalah Pak Sugeng pemilik Galeri Lyhonkart, Kemantren, Jabung. Pak Sugeng mengenalkan sejarah Topeng Malangan kepada mahasiswa inbound PMM 3 ITN Malang. Ia juga mengajari mahasiswa melukis karakter topeng. Mengingat waktunya terbatas, maka mahasiswa melukis topeng mini yang biasa digunakan sebagai gantungan kunci.
Menurut Pak Sugeng, dalam membuat topeng untuk pertunjukan membutuhkan waktu tiga hari. Mulai dari mengukir kayu hingga melukis. Di Lyhonkart dalam membuat topeng menggunakan kayu pule dan prosesnya masih manual. Karena yang dibutuhkan dalam pembuatan topeng adalah kandungan “rasa”-nya.
“Topeng dipakai untuk menari, dan memerankan tokoh sehingga harus “hidup”. Kalau memakai cetakan atau mesin, maka rasa dari topeng tersebut tidak ada. Nah, inilah yang membuat proses pembuatan topeng cukup lama,” jelasnya.
Baca Juga : Kontribusi Sosial, PMM 3 ITN Malang Ajak RA KH Hasyim Asyari Menggambar Topeng Malangan
Dikatakan Pak Sugeng, pakem Topeng Malang sendiri bisa terlihat dari nama tokoh, warna, dan bentuk raut muka. Misalnya tokoh panji memiliki warna muka hijau, mata gabahan, ukiran harus lung-lungan, sabung sumbing kanan-kiri harus seimbang. Namun, untuk jenis ukurannya tergantung pengrajinnya.
Mengenalkan Topeng Malangan kepada mahasiswa inbound yang terdiri dari berbagai daerah merupakan upaya ITN Malang untuk menjaga dan melestarikan Topeng Malangan. Sekaligus guna meningkatkan kreatifitas mahasiswa agar terinspirasi oleh upaya dalam menjaga eksistensi kebudayaan daerah dari pengrajin Topeng Malangan. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)