Teliti Beton dan Struktur Bangunan Tahan Gempa, Reynhard jadi Mahasiswa Terbaik ITN Malang
Reynhard Bayu Pranandha Ghunu wisudawan terbaik Teknik Sipil ITN Malang, pada Wisuda ke-62 Tahun 2019. (Foto: Yanuar/humas)
MALANG, ITN.AC.ID — Reynhard Bayu Pranandha Ghunu mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang pantas menyandang predikat wisudawan terbaik Teknik Sipil S-1 pada Wisuda akhir bulan September 2019 yang lalu. Pasalnya selain memperoleh IPK 3.64, mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini juga beberapa kali menyabet prestasi.
Reynhard bersama timnya The Engineer menyabet juara 3 Lomba Kuat Tekan Beton (LKTB) di tahun 2018 di Universitas Kristen Petra Surabaya. Setahun kemudian prestasinya meningkat dengan berhasil memboyong juara 1 di lomba yang sama. Kala itu putra pasangan Barnabas Ghunu dan Yanti Geli ini menjadi ketua timnya.
“Ikut beberapa kali lomba beton tidak menyangka akan mendapatkan juara. Ya, memang gampang-gampang susah dalam menyampur beton. Perlu latihan karena mengandalkan hitungan saja tidak cukup, perlu menggunakan perasaan juga. Untuk lombanya sendiri selalu menuntut membuat beton yang ramah lingkungan,” ujar Reynhard.
Meskipun pengetahuannya di bidang beton cukup mumpuni, namun dalam pengerjaan skripsi lulusan SMA Negeri 1 Waingapu ini memilih struktur tahan gempa. Dengan merencanakan struktur bawah dan atas. Menurutnya masih jarang yang mengangkat dua tema sekaligus dalam satu skripsi.
Baca juga: ITN Malang Panen Prestasi, Tim Mahasiswa Teknik Sipil Borong Juara I dan II LKTB 2019
“Saya rencanakan struktur atas dan bawah. Struktur atas dengan merencanakan balok kolom dan portal. Bawah merencanakan pondasi. Masih jarang yang merencakan keduanya. Biasanya hanya struktur atas atau bawah saja. Jadi, sebenarnya skripsi saya bisa jadi dua judul,” imbuhnya.
Skripsinya merupakan tantangan tersendiri bagi Reynhard. Mengambil data pada struktur atas dan bawah gedung perkuliahan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang saat melaksanakan kerja praktik, bukan tanpa menemukan kendala.
“Kendalanya pemodelan yang diaplikasikan belum fix, maka dua-duanya belum bisa dikerjakan. Jadi, pondasinya agak lambat pengerjaannya, karena masih ada perubahan. Struktur atas sudah berjalan, sampai di pertengahan baru mulai pondasi dikerjakan. Idealnya keduanya harus bareng,” pungkasnya yang merampungkan skripsi setebal kurang lebih 400 halaman ini. (mer/humas)
Baca juga: Beton dari Berbagai Universitas se-Indonesia Adu Kuat di ITN Malang